Apa Itu Melempar Jamarat

Jika kamu telah mendaftarkan diri untuk berangkat haji menggunakan agen travel haji plus, kamu harus memahami terlebih dahulu apa itu melempar jamarat?

Melempar jamarat/ jumrah merupakan bagian dari serangkaian ibadah haji. Waktu pelaksanaan melempar jumrah adalah tanggal 10 sampai dengan 13 dzulhijjah.

Lempar jumroh merupakan kegiatan untuk melemparkan batu kecil pada waktu, tempat dan jumlah yang telah disediakan. Sebagaimana yang kita ketahui yaitu ada tiga buah tempat jumrah di Mina.

3 Tempat Lempar Jumrah

Menurut Halimi Zuhdy yang terdapat dalam bukunya “Sejarah Haji dan Manasik, melempar jumrah dilakukan yaitu :

Jumrah Ula

Jumrah Ula letaknya dekat dengan masjid Khif. Antara jumrah wustho dan jumrah ula yaitu sekitar 156,5 meter,

Jumrah Wustho

Jumrah ini terletak ditengah-tengah antara Jumrah Ula dan jumrah aqabah yaitu 117 meter.

Jumrah aqabah

Letaknya paling dekat ke Makkah.

Untuk 10 Dzulhijjah, para jamaah hanya melontarkan jumrah aqabah. Nabi Muhammad melontar jumrah 10 dzulhijjah selepas dari Muzdalifah setelah matahari terbit.

Dari beberapa riwayat mengatakan bahwa sebagian orang diizinkan Rasulullah untuk meninggalkan Muzdalifah sebelum fajar tiba, dan melakukan lontar jumrah aqabah sebelum terbit matahari bahkan sebelum fajar terbit.

Namun adapula yang memberikan larangan melakukan lontar jumrah ketika matahari belum terbit atau sebelum fajar terbit.

Akan tetapi ada yang dengan tegas memberikan larangan untuk melakukan lontar jumrah saat waktu sebelum terbit matahari, bahkan untuk keluarga beliau yang diberi izin untuk meninggalkan Muzdalifah saat malam hari tiba.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka jamaah diusahakan melempar jumrah sebelum matahari terbit. Namun jika jamaah melontar jumrah pada sore harinya setelah dari Mekkah melakukan thawaf ifadah maka hal itu tidak menjadi masalah.

Untuk melontar jumrah pada 11,12,13 Dzulhijjah adalah tiga jumrah. Melempar jumrah dimulai dari jumrah ula, wustha dan aqabah. Sedangkan untuk waktunya yaitu setelah matahari tergelincir ke barat.

Hal Yang Perlu Diketahi Saat Melempar Jumrah

Berikut adalah hal-hal yang perlu diketahui dalam melempar jumrah :

Ukuran batu jumrah

Untuk ukuran batu yang digunakan dalam melempar jumrah menurut hadist yaitu tidak lebih kecil dari kacang hijau serta tidak lebih besar dari batu ketapel. Maka lebih tepatnya kita menggunakan biji kacang tanah.

Adapun hikmah dibalik penetapan ukuran batu tersebut yaitu agar kita tidak menyakit orang saat lemparannya meleset , selain itu juga agar tidak terjadi praktik ghuluw ( berlebih-lebihan) dalam kita menjalankan ajaran agama.

Penentuan ukuran tersebut juga berdasarkan pada dalil-dalil berikut :

– Riwayat dari Jabir yang mengatakan bahwa “ aku pernah melihat Rasululloh SAW melempar jumrah dengan batu kecil (kerikil) “ dikutip dari HR al Turmudzi .

– Riwayat dari Abdurahman al Taymi

– Sabda rasululloh SAW , beliau berkata “ wahai umat manusia janganlah kamu saling menyakiti satu sama lain. Jika kamu melempar jumrah maka gunakanlah batu yang kecil “ dikutip dari HR Abu Dawud.

Berdasarkan hal tersebut fukuha sepakat bahwa batu yang digunakan untuk melempar jumrah adalah batu yang kecil. Selain itu juga tidak boleh menggunakan selain dari batu misalnya besi, kayu ,kaca,perak dan lain-lain.

Untuk melempar jumrah aqabah pada hari nahar, bagi para jamaah perempuan disunahkan untuk mencari batu kerikil di Muzdalifah. Dan untuk melempar jumrah pada hari tasrik di Mina maka boleh mencari batu kerikil dimana saja.

Hal ini sesuai dengan yang dicontohkan Rasululloh SAW bahwa beliau telah mencari batu 7 kerikil di Muzdalifah dan lainnya mencari di Mina untuk dilemparkan pada hari tasrik.

Jumlah Batu Jumrah

Untuk jumlah batu kerikil yang akan dikumpulkan khususnya bagi jamaah perempuan yaitu tergantung pada jumlahnya hari yang akan dihabiskan untuk menginap di Mina.

Jika mereka memilih nafar tsani dengan menghabiskan tiga hari tasrik yaitu 11,12,13 dzulhijjah di Mina , maka harus mengumpulkan batu kerikil sebanyak 70 buah.

Tetapi apabila memilih nafar awwal, dengan menghabiskan dua hari tasrik ( 11 dan 12 dzulhijjah) maka harus mengumpulkan batu kerikil sebanyak 49 buah.

Untuk manasik lempar jumrah ini diawali dengan lemparan jumrah aqabah pada hari nahar dengan menggunakan tujuh batu kerikil.

Dan sisa batu kerikil yang berjumlah 63 buah tersebut, digunakan untuk melempar jumrah selama tiga hari di Mina atau sebnayak 42 buah untuk melempar jumrah selama dua hari. Untuk setiap harinya melempar sebnayk 21 kerikil, dengan sekali lempar berjumlah tujuh batu kerikil.

Hari Lempar Jumrah

Untuk waktu melaksanakan lempar jumrah mempunyai waktu empat atau minimal tiga hari apabila hendak dipersingkat. Waktunya dimulai dari hari nahar sampai dengan dua atau tiga harii setelahnya.

Hal itu sesuai dengan firman Allah yang ada dalam Quran Surat Al Baqarah ayat 203 yang menjelaskan kita untuk berdzikir dengan menyebut Allah dalam beberapa hari, dan menerukan kita untuk berangkat dari mina sesudah 2 hari atau jika ingin menunda keberangkatan dari mina maka tidak berdosa.

Demikianlah ulasan mengenai melempar jamarat/jumrah. Ritual melempar jumrah tersebut merupakan bagian dari ibadah haji yang paling sibuk. Melempar jumrah juga merupakan simbol dalam tradisi Nabi Ibrahim, yang menolak setan yang datang tiga kali untuk membujuknya.